Sejarah Batik Betawi di Balik Ketenaran Kebaya Encim

Batik Betawi menggambarkan budaya masyarakat Ibukota Jakarta yang hampir terlupakan.

Dream - Selama ini, batik lebih dikenal sebagai kain etnik khas Jawa. Padahal, banyak daerah lain di Indonesia juga memiliki koleksi batik dengan beragam motif degan nilai filosofis tinggi.

Masyarakat ibukota mungkin termasuk salah satunya? Kamu mungkin baru melihat atau mendengar Batik Betawi. Batik khas ini banyak mengusung motif flora dan fauna, budaya serta berbagai ikon Jakarta.

Batik Betawi sekaligus menjadi wadah melestarikan budaya masyarakat Ibukota yang mulai terlupakan.

Desainer yang khusus menggambar motif dan merancang Batik Betawi, Lily Mayasari W, menjelaskan tren batik di Jakarta memang baru menguat selama tiga tahun belakangan. Beberapa orang tergerak untuk mengembangkan motif yang dapat menggambarkan kekayaan budaya Betawi.

Beberapa di antaranya motif flora dan fauna seperti elang bondol, bunga tapak dara, kembang goyang, bunga teleng dan masih banyak lagi lainnya. Hal itu bertujuan agar anak-anak muda tidak melupakan sejarah Betawi yang hampir tak dikenali lagi.

" Sejarahnya itu memang orang dari daerah yang datang ke Jakarta dan pekerjaannya membatik, lalu dibina dan menciptakan motif seperti ondel-ondel, bajaj, kerak telor, penari dan pengantin Betawi," ungkap Lily di Jakarta Timur, Rabu, 6 Agustus 2017.

Lily beranggapan belum populernya batik betawi di kalangan masyarakat memang hal wajar. Alasannya, masyarakat ibukota lebih mengenal Batik Encim lengkap dengan Kebayanya daripada Batik Betawi sendiri.

Meskipun Batik Betawi kurang menggaung di pasar domestik, desainer lulusan Esmode Jakarta ini cukup percaya diri untuk melakukan ekspansi ke luar negeri. Sejauh ini, motif penari, ondel-ondel hingga pengantin Betawi menjadi batik yang paling diminati di pasar Eropa dan Amerika.

" Mereka paling nggak suka sama motif monas. Berbeda dengan orang kita yang senang banget motif monas," kata Lily.

Lily juga mengamati selera pemilihan warna yang berbeda di setiap negara. Misalnya, di Belanda orang-orang lebih menyukai warna-warna kalem seperti sogan yang didominasi warna coklat dan monokrom.

" Tapi tidak dengan di Jepang yang lebih suka warna terang kaya merah, kuning atau hijau seperti baju-baju cosplay," ungkap Lily menutup pembicaraan.

(Laporan: Annisa Mutiara Asharini)