Dream - Kementerian Agama mengimbau para pengelola masjid untuk lebih ketat dalam memilih dan mengundang penceramah. Sebab, banyak penceramah yang memanfaatkan masjid untuk menebarkan kebencian dan paham radikal.

"Masjid adalah tempat ibadah dan tempat umat untuk mendapatkan kedamaian," ujar Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag, Muhammadiyah Amin, dikutip dari Liputan6.com.

Di tahun politik seperti sekarang ini, Amin mengingatkan pengelola masjid dan jemaah untuk lebih teliti memilah penceramah. Langkah ini perlu untuk mencegah tersebarnya kampanye berbalut dakwah.

"Jangan sampai masjid yang seharusnya sebagai tempat menebar kesejukan dan kedamaian justru dijadikan tempat menebarkan fitnah dan adu domba," kata dia.

Mengutip hasil survei Pengawasan Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat, Amin menyebut paham radikal menyasar 100 masjid di lingkungan kantor pemerintahan dan lembaga negara pada akhir Oktober 2018. Dari jumlah tersebut, 41 masjid terindikasi terpapar radikalisme.

Pengelola Masjid Kurang Berkompeten

Menurut Amin mengatakan masjid yang berada di lingkungan kantor pemerintahan dan lembaga negara banyak dikelola oleh orang yang tidak menguasai ilmu agama dengan baik. Sebagian besar adalah pensiunan pegawai di kantor yang bersangkutan.

"Dan masalah itu, Kemenag mengirimkan surat ke setiap sekretaris kementerian/ lembaga supaya menempatkan pengurus masjid berkompeten," ucap Amin.

Selain itu, Kemenag juga melakukan pembinaan kepada para pengurus masjid terkait tugas mereka dalam membina jemaah. Termasuk juga mengimbau para penceramah patuh pada seruan Menteri Agama mengenai ceramah di rumah ibadah.

"Kalau misalnya ada penceramah menyampaikan hal terlarang, berikutnya jangan dipakai lagi, karena masjid terindikasi hal negatif tidak terlepas dari tiga hal yaitu jemaah, pengurus, serta da'i," kata dia,

Sumber: Liputan6.com