Tangan-Tangan Muslim Uighur di Balik Fashion Branded Dunia
Dream - Juni 2017, musim dingin menghantui kawasan Melbourne, Australia. Sore itu, gawai milik Gulnur Idreis, 34 tahun, berdering.
Bunyi itu merupakan dering telepon video dari orang tuanya di Xinjiang, China. Seperti anggota minoritas lainnya, Muslim Uighur di China telah menghabiskan mimpi buruknya selama dua tahun terakhir.
Ketika telepon diangkat, Gulnur terkejut. Di layar gawai muncul wajah kakak perempuannya, Dilnur, 38 tahun.
Februari 2017, Dilnur dan suaminya ditangkap pemerintah China. Dilnur merupakan perawat yang bekerja di rumah sakit Universitas Medis Xinjiang.
Panggilan melalui perpesanan WeChat itu tentu dimonitor. Tak ingin ketahuan, Dilnur membagikan sejumlah catatan tercoret ke Gulnur.
Penulusuran
Sejumlah jurnalis ABC yang tergabung dalam FourCorners, menyelidiki perusahaan tempat Dilnur bekerja. Mereka menelusuri kartu identitas Dilnur.
Dari penelusuran, perusahaan tempat Dilnur bekerja bernama Urumqi Shenshi Huaer Culture Technology Co. Kantornya berlokasi di 30 kilometer utara Xinjiang, Urumqi.
Dilnur tidur di pabrik pakaian. Tapi, karena kemampuan penglihatan yang buruk, Dilnur terpaksa menjadi pembersih pabrik.
"Adikku seorang perawat. Dia tidak tahu cara membuat pakaian," kata Gulnur.
Tidak hanya Dilnur yang dirampas kehidupannya. Sejumlah orang yang tinggal di Kazakhstan, juga dijadikan pekerja di pemusatan Uighur.
Sanggahan Merek-merek Ternama
Gulzira, warga Kazakhstan, menngaku terpaksa bekerja di pabrik tekstil. Dia akhirnya dibebaskan pada Januari 2019.
Four Corners menyebut, ada beberapa merek fesyen ternama yang berkaitan dengan Uighur. Merek-merek fesyen ternama tersebut menggunakan sumber kapas dari Xinjinang. Merek fesyen ternama itu diantaranya Cotton On, Jeanswest, Dangerfield, Ikea, dan H&M.
Beberapa diantara merek fesyen itu menggunakan sumber dari Litai Tekstil. Perusahaan ini mengoperasikan dua pabrik di Korla dan Kuytun.
Kasus semacam ini bukan yang pertama. Merek-merek internasional seperti Adidas dan Esprit, serta PVH Corp, maskapai di belakang Calvin Klein dan Tommy Hilfiger, juga sedang menyelidiki hubungan mereka dengan produksi tekstil etnis Uighur.
Sementara itu, Ikea mengatakan, 15 persen kapas produknya berasal dari Xinjiang. Tapi, mereka tak mengetahui adanya kerja paksa di antara sub-pemasok di Tiongkok.
Adapun Dangerfield, mengatakan sumber kapas dari Xinjiang berjumlah 7 persen. Tapi, merek ini menandatangani perjanjian untuk membeli kapas yang dihasilkan dari kamp kerja paksa.
Gerak-gerik 13 Juta Etnis Muslim Uighur Dipantau China Lewat HP?
Dream - Human Rights Watch (HRW) mengeluarkan laporan terbaru mengenai kondisi Etnis Uighur di Cina. Organisasi tersebut menyebut etnis Uighur dipantau menggunakan aplikasi yang tertanam di ponsel.
Aplikasi tersebut akan mengumpulkan informasi dan meminta pejabat terkait melaporkan orang-orang Uighur dan perilaku mereka.
Dilaporkan Al Jazeera, kepolisian China menggunakan aplikasi di ponsel itu untuk mengumpulkan data 13 juta etnis Uighur dan Muslim Turk di Provinsi Xianjiang.
Aplikasi, yang dikenal sebagai Platform Operasi Gabungan Terpadu, digunakan untuk menyimpan informasi dari ketinggian dan berat individu hingga pemindaian wajah.
Pihak berwenang Xinjiang mengamati dengan cermat 36 kategori perilaku, termasuk mereka yang tidak bersosialisasi dengan tetangga, sering menghindari menggunakan pintu depan, tidak menggunakan smartphone, menyumbang ke masjid, dan menggunakan jumlah listrik secara "abnormal".
"Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi pola, dan memprediksi, kehidupan sehari-hari dan resistensi dari populasi, dan, pada akhirnya, untuk merekayasa dan mengendalikan realitas," kata HRW dalam laporan itu.
Aktivis hak asasi manusia, yang bekerja sama dengan perusahaan keamanan Jerman, Cure53, menyelidiki aplikasi itu, untuk memberikan "pandangan mengenai pengawasan massal bekerja di Xinjiang".
Seiring dengan pengumpulan informasi pribadi, aplikasi ini meminta para pejabat untuk melaporkan tentang orang, kendaraan dan aktivitas yang mereka anggap mencurigakan. Jikalau ditemukan, polisi akan menindaklanjuti dan mengirimkan "misi investigasi".
Diamati Dengan Cermat
Pihak berwenang Xinjiang mengamati dengan cermat 36 kategori perilaku, termasuk mereka yang tidak bersosialisasi dengan tetangga, sering menghindari menggunakan pintu depan, tidak menggunakan smartphone, menyumbang ke masjid, dan menggunakan jumlah listrik secara "abnormal".
"Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi pola, dan memprediksi, kehidupan sehari-hari dan resistensi dari populasi, dan, pada akhirnya, untuk merekayasa dan mengendalikan realitas," kata HRW dalam laporan itu.
Aktivis hak asasi manusia, yang bekerja sama dengan perusahaan keamanan Jerman, Cure53, menyelidiki aplikasi itu, untuk memberikan "pandangan mengenai pengawasan massal bekerja di Xinjiang".
Seiring dengan pengumpulan informasi pribadi, aplikasi ini meminta para pejabat untuk melaporkan tentang orang, kendaraan dan aktivitas yang mereka anggap mencurigakan. Jikalau ditemukan, polisi akan menindaklanjuti dan mengirimkan "misi investigasi".
Hingga Tes DNA
Petugas juga diminta untuk memeriksa apakah warga Uighur itu menggunakan salah satu dari 51 alat dan aplikasi internet yang dianggap mencurigakan. Penyelidikan termasuk penggunaan platform pengiriman pesan yang populer di luar Cina seperti WhatsApp, LINE dan Telegram.
Sejumlah orang mengatakan mereka atau anggota keluarga mereka telah ditahan karena memasang WhatsApp atau Virtual Private Network (VPN) di ponsel.
Salah satu kritik dari dunia internasional terhadap Cina yaitu kebijakannya, menahan satu juta warga etnis Uighur dan minoritas lain. Mereka ditahan di kamp-kamp interniran.
Cina mengklaim kamp adalah pusat pelatihan kejuruan. Tapi, dalam perjalanannya, mengaku dipaksa untuk menjadi tuan rumah bagi pemantau pemerintah.
HRW mengatakan, pemerintah Cina juga telah mengumpulkan "sampel DNA, sidik jari, pemindaian iris dan golongan darah dari semua penduduk antara usia 12 dan 65. Termasuk contoh suara.(Sah)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jadi Istri Pejabat, Siti Atikoh Suprianti Memilih Tidak Punya Tas Branded
Perempuan lulusan UGM ini lebih suka membeli tas sesuai fungsi, bukan karena branded.
Baca SelengkapnyaBazaar Baju Muslim Brand Ternama di Sisterhood Modest Bazaar 2024, Diskonnya Sampai 70%
Nada Puspita, Benang Jarum, Hava, Lozy Hijab dan Buttonscarves, menawarkan potongan harga yang sangat menarik.
Baca SelengkapnyaTengok Koleksi Anggun Busana Muslim untuk Ramadan dan Lebaran
Coba deh lihat koleksi terbaru dari berbagai desainer dan bran yang disiapkan khusus untuk Ramadan dan Idul Fitri tahun ini.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Kocak! Pria Non-Muslim Tapi Hobi Beli Baju Muslim dan Ikutan War Takjil, Pakai Baju Koko Dibilang Mirip Habib
Ketika ditanya alasan membeli baju koko banyak-banyak, ayahnya memberikan jawaban yang cukup menyentuh.
Baca SelengkapnyaCuma 2 Negara Mayoritas Muslim Masuk Daftar 10 Eksportir Produk Halal Terbesar ke OKI, Indonesia Termasuk?
Indonesia masuk dalam 10 besar ekportir produk halal
Baca Selengkapnya'War' Takjil Jadi Seru, Kini Non Muslim Juga Serbu Tempat Bukber Duluan
Viral kin non islam juga serbu tempat bukber duluan hingga pakai baju kaftan.
Baca SelengkapnyaDaftar 5 Parfum Branded Terlaris di Dunia, Ada Favorit Kamu?
Ada yang usianya sudah mencapai satu abad dan masih eksis hingga kini.
Baca SelengkapnyaSelvi Ananda Pakai Kaus Oblong Rp11 Juta, Komentar Pedas Bermunculan
Istri Gibran Rakabuming sering terlihat mengenakan fashion item dengan harga selangit.
Baca SelengkapnyaMuslim China Ditraktir Pertama Kali Makan Rendang, Auto Ketagihan Sampai Minta Tukar Kewarganegaraan Ingin Pindah ke Indonesia
Ma Erzhao dan Fiona mengaku selama ini tidak pernah makan makanan dari Indonesia.
Baca Selengkapnya