Sampah Medis 67,8 Juta Ton Sepanjang 2020, Potensial Tingkatkan Pencemaran
Dream - Pandemi Covid-19 rupanya tak hanya menjadi tantangan di bidang kesehatan. Lebih dari itu, pandemi juga menjadi tantangan bagi kelestarian lingkungan.
Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Doni Monardo, mengatakan, pandemi Covid-19 memicu peningkatan jumlah sampah medis. Limbah medis tersebut berpotensi mencemari lingkungan lantaran tidak dikelola dengan baik.
"Contohnya di Teluk Jakarta banyak ditemukan limbah medis yang berhamburan, padahal Teluk Jakarta adalah satu kawasan untuk program budidaya dan juga program untuk ketahanan pangan, terutama di bidang perikanan," ujar Doni dalam Webinar Nasional "Peduli Limbah Medis", Senin 15 Februari 2021.
Doni menegaskan, Teluk Jakarta saat ini sudah cukup tercemar. Sementara limbah medis dapat semakin memperbesar tingkat pencemaran di Teluk Jakarta. "Tentu ini tidak kita harapkan," kata Doni.
Pandemi Covid-19 Picu Tingginya Limbah Medis
Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono, mengatakan, limbah medis sepanjang 2020 telah mencapai 67,8 juta ton. Banyaknya limbah ini dapat merusak ekosistem terumbu karang dan biota laut lainnya.
"Dengan 67,8 juta ton per tahun 2020, dan kalau pandemi ini terus berjalan, maka sampah medisnya akan semakin banyak," kata Dante.
Dia menegaskan perlu upaya komprehensif membuat limbah medis tidak mencemari lingkungan. Karena dampaknya juga bisa menyentuh bidang kesehatan.
"Maka upaya yang harus dilakukan secara komprehensif untuk membuat sampah medis tersebut bisa diupayakan untuk tidak mencemari lingkungan dan tidak membuat kesehatan menurun," kata Dante.
Pengelolaan limbah medis yang belum maksimal terjadi lantaran beberapa faktor. Di antaranya terbatasnya unit pengelolaan yang sesuai ketentuan memicu kasus kasus pembuangan limbah medis seperti alat pelindung diri (APD), bahan habis pakai seperti jarum suntik, masker dan head cap secara sembarangan.
Pengelolaan Limbah Medis Masih Jadi Soal
Tak hanya itu, pembuangan masker sekali pakai secara sembarangan di masyarakat juga turut menjadi potensi pencemaran lingkungan. Bahkan bisa memicu oknum tertentu melakukan tindakan tidak bertanggung jawab seperti memperjualbelikan kembali limbah medis tersebut.
"Pengelolaan limbah medis dari fasilitas pengelolaan kesehatan masih menjadi permasalahan," kata Direktur Kesehatan Lingkungan Kemenkes, Vensya Sitohang.
Vensya menilai permasalahan ini menjadi tanggung jawab bersama Pemerintah, swasta, fasilitas kesehatan dan masyarakat. Dia menegaskan pengelolaan limbah medis harus dilakukan sesuai dengan peraturan.
Lebih lanjut, dia berharap pengelolaan limbah medis dapat dilakukan secara tuntas dengan memaksimalkan peran pemerintah daerah. Sehingga nantinya pengelolaan limbah medis dapat diselesaikan di wilayah masing masing tanpa harus diolah dari wilayah lain.
Laporan: Yuni Puspita Dewi
Selalu ingat #PesanIbu untuk selalu mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak untuk pencegahan virus COVID19. Jika tidak, kamu akan kehilangan orang-orang tersayang dalam waktu dekat.
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ramai di Medsos Keramas Tanpa Sampo, Benarkah Baik untuk Kulit Kepala?
Keramas tanpa sampo jadi tren di media sosial dan beberapa orang merasakan manfaatnya, tapi pakar justru tidak mendukung hal tersebut.
Baca Selengkapnya7 Cara Supaya Jualan Ramai Pembeli dan Makin Cuan, Maksimalkan Medsos & Perkuat Pakai Doa
Penting untuk mengetahui minat pasar dan trend terkini supaya jualan makin ramai pelanggan.
Baca Selengkapnya2024 Pemerintah Bakal Impor Gula 5,4 Juta Ton!
Pemerintah berencana mengimpor 5,4 juta ton gula pada tahun 2024 untuk kebutuhan konsumsi dan untuk bahan baku industri.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Baru 9 Tahun, Pegadaian Sudah Menjual 21 Ton Emas
Sebanyak 9,6 juta orang sudah memiliki Tabungan Emas Pegadaian.
Baca SelengkapnyaBUNGKUS! Makanan Teraneh Anak Kost
Sahabat Dream pernah tinggal ngekos? Kalau kamu makanan teraneh apa yang pernah dicoba?
Baca Selengkapnya