Dream - Detak jarum jam mengisi keheningan lantai 28 Axa Tower, Kuningan, Jakarta Selatan. Keindahan lanskap Jakarta dari ketinggian tak mampu mencairkan ketegangan para finalis Umrah Cantik Sariayu.

Wajah-wajah permai itu gelisah. Menanti keputusan juri mengumumkan dua pemenang berangkatkan ke tanah suci.

Diantara mereka, nampak salah satu finalis yang terus tertunduk. Gadis bernama Nabila Julianty itu mengepalkan tangannya, sambil merapal doa. Sesekali menarik napas panjang, mengusir kegugupan di dada.

Pintu kaca di hadapannya berderit, terbuka lebar. Satu per satu juri berjalan beriringan memasuki ruangan. Keempat juri menatap satu persatu para finalis, duduk menghadap meja berbentuk oval di hadapan mereka.

Tak ada senyuman di wajah para juri, membuat nyali Nabila kian menciut. Terlebih setelah juri mulai membuka suara dan mengumumkan pemenang dipilih berdasarkan penilaian terbaik.

Salah satu juri melambatkan suaranya dan mengumumkan; "Selamat....untuk juara ke dua umroh diraih oleh...... Intan Widya Nanda dari Jakarta 23 tahun," teriaknya.

Sontak dengkul Nabila semakin lemas, wajahnya kuyu ketika bukan namanya yang disebut juri. Berbeda dengan gadis bernama Intan yang duduk tepat di seberangnya. Intan sontak berdiri, bercampur derai air mata haru. Ia langsung sujud syukur.

Pemandangan yang membuat merinding siapa pun yang melihatnya. Gadis cantik yang tengah merampungkan pendidikan keperawatan itu terus menangis tersedu-sedu, tak putus terus mengucap syukur pada Allah SWT.

Belum juga hilang suasana haru bercampur bahagia di ruangan kaca itu, juri kembali melanjutkan pengumuman yang tak kalah mendebarkan.

"Dan pemenang pertama diberikan kepada........ Nabila Julianty dari Nusa Tenggara Barat," kata juri.

Tak percaya. Sambil ternganga Nabila terbata-bata mengucap Alhamdulillah, dibarengi tangis kebahagian. Ia hanya bisa menutup wajah, menyembunyikan tangis yang semakin tak terbendung.

Rasanya masih seperti mimpi. Hanya suara tangis dan lantunan hamdallah yang keluar dari bibirnya. Keharuan sangat nyata, tidak hanya kedua pemenang tapi para finalis lain yang ikut terharu atas kemenangan Nabila Jayanty dan Intan Widya Nanda.

Keduanya saling berpelukan, jalan menuju kabah terbentang lebar di hadapan mereka.

Lewat perjuangan berliku, mengharukan...

Nyaris Gagal

Tidak mudah memang, perjalanan Nabila mendapatkan juara pertama Umrah Cantik Sariayu. Perjuangan gadis berusia 21 tahun itu begitu berliku untuk sampai di Jakarta.

Kamis, 26 Januari 2017 mungkin akan menjadi hari ini yang tak terlupakan bagi Nabila. Iming-iming hadiah berupa dua tiket umrah ke Tanah Suci, membuat gadis asal Nusa Tenggara Barat itu nekat berangkat ke Jakarta.

Selama ini, ia hanya seorang mahasiswi biasa di salah satu perguruan tinggi di Semarang. Hidup jauh dari orangtua, membuat Nabila berusaha sebaik mungkin menjaga diri di perantauan.

Nabila lebih memilih membentengi diri dengan banyak mengikuti kegiatan keagamaan di kampusnya. Namun, ia tak menyangka justru hal itu membuka jalannya mewujudkan mimpi ke Baitulah.

Ya, pada saat masih menginjak semester dua, secara tak sengaja ia mengikuti sebuah seminar motivasi. Dari situlah, mimpi menginjakkan kaki di Tanah Suci terus disemainya. Harapan yang harus diwujudkannya suatu hari nanti.

"Di semester awal itu aku ikuti seminar motivasi. Motivator bercerita, kunci rezeki gampang banget setiap salat berdoa dan meminta keinginan sama Allah. Insya allah akan dikabulkan," kata Nabila saat berbincangan dengan Dream.

Tak sekadar bermimpi, Nabila benar-benar berniat mewujudkannya. Ia rela mengumpulkan rupiah demi rupiah demi menjejakkan kaki di bumi para nabi.

"Dari situ aku termotivasi untuk coba, setiap salat lima waktu aku titipkan doa ingin pergi umroh. Motivator bilang buat tabungan untuk umroh, dengan itu aku ikutin buat tabungan, berapa pun nabung setiap uang masuk niatnya ya Allah aku ingin umrah," ujarnya sambil tersenyum.

Kini ia percaya, doa-doa panjanganya telah dijawab Allah. Bukan dari tabungannya melainkan mendapat kesempatan tak terduga dari kompetisi yang diikuitinya. Alhamdulillah ya Allah ya Rabb.

Di balik kesuksesan Nabila menjawab pertanyaan para juri, siapa yang menyangka ternyata ia hampir gagal mengikuti kompetisi tersebut. Ada cerita lucu bercampur haru, ketika ia harus bangun kesiangan dan hampir ketinggalan pesawat yang akan ditumpangi.

Kepanikan itu semakin menjadi-jadi, tatkala mendapati air kosan mati dan membuatnya harus menumpang mandi di sebuah masjid. Belum lagi jalanan Semarang saat itu macet parah. Jarum jam terus bergerak mendekati angka 13.00. Itu berarti pesawatnya telah siap terbang di landasan.

"Aku cuma bisa nangis dan berdoa saja di sepanjang jalan. Sesampainya di bandara ada kesalahpahaman lagi, sampai namaku dipanggil berkali-kali pakai pengeras suara. Kemudian aku lari sekencang-kencangnya biar nggak ketinggalan pesawat," cerita Nabila mengenang.

Perjuangannya telah terbayar dengan menuai hasil manis. Tiket menuju Tanah Suci telah digenggaman. Ia tak sabar segera bergabung dengan puluhan jutaan umat muslim untuk tiba di Baitullah.

Labaik Allahumma Labaaik, labaaik Laa Syarika Laka Labaaik Inal Hamda Wan Ni’mata Laka Wal Mulka La Syarikalah….

(Laporan: Amrikh Palupi)