Jual Emas yang Belum Lunas Dicicil, Halal?

Jual beli kredit sebenarnya dibolehkan, tetapi harus ada aturan untuk mencegah adanya transaksi fiktif.

Dream - Emas merupakan logam berharga yang menjadi salah satu barang investasi. Harga emas selalu meningkat secara bertahap, sehingga sangat menguntungkan di masa mendatang.

Dewasa ini, muncul banyak sekali produk investasi emas. Bahkan menjadi salah satu produk andalan dari bank syariah, yang ditawarkan dengan akad murabahah.

Dalam akad ini, bank dan nasabah sepakat untuk membeli barang yang dibutuhkan nasabah, dalam hal ini emas. Bank bertindak sebagai pihak yang membelikan emas kemudian dijual kembali kepada nasabah dengan harga tertentu ditambah margin keuntungan.

Akad ini mengandaikan adanya jual beli secara taqsith atau kredit. Dengan demikian, ada potensi nasabah untuk menjual emasnya sebelum kreditnya lunas. Lantas bagaimana hukumnya?

Dikutip dari rubrik Ekonomi Syariah NU Online, ulama sepakat menghukumi status emas yang dibeli dengan jalan kredit adalah sepenuhnya milik nasabah. Sehingga, pemilik emas bebas menjualnya meskipun pembayarannya belum lunas.

Terkait harga emas yang terus meningkat, ada potensi bagi pemilik untuk mendapatkan keuntungan begitu besar dengan modal sedikit. Ketika ia melakukan pelunasan, maka jumlahnya sesuai kesepakatan yang sudah diikat meskipun harga emas meningkat.

Abu Bakar bin Muhammad Syatha' Al Dimyathi dalam kitab Hasyiyah I'anatuth Thalibin, menjelaskan akad ini disamakan dengan kasus utang beras 1 kuintal dibayar dengan beras pula meski harganya berbeda.

" Wajib bagi orang yang berutang mengembalikan barang yang serupa."

Hukum di atas tentu mengandung risiko bagi perbankan syariah. Sehingga, perlu adanya jaminan kemaslahatan untuk mencegah adanya upaya nasabah melakukan transaksi fiktif.

Menyadari potensi ini, bank syariah biasanya menerapkan syarat berupa nasabah harus menggadaikan emasnya kepada pegadaian. Ini untuk mencegah agar nasabah tidak menjual emasnya sebelum kreditnya lunas.

Selengkapnya...