Super Jenius! Dokter Anastesi Akali 1 Ventilator untuk 9 Pasien

Reporter : Mutia Nugraheni
Minggu, 5 April 2020 14:03
Super Jenius! Dokter Anastesi Akali 1 Ventilator untuk 9 Pasien
Sang dokter juga memiliki gelar PhD dalam bidang Diaphragmatic Mechanics.

Dream - Ventilator jadi barang yang sangat dibutuhkan rumah sakit di seluruh dunia dalam masa pandemi Covid-19. Alat mekanik ini berfungsi untuk membantu pasien Covid-19 yang mengalami pemburukan dan gagal napas.

Ventilator akan membantu pasien untuk bernapas. Sayangnya, jumlah ventilator sangat minim dibandingkan dengan jumlah pasien yang terus bertambah. Sebuah ide brilian muncul dari seorang dokter anastesi asal Kanada, Alain Gauthier.

Ia merupakan ahli anestesi di Rumah Sakit Distrik Perth Smiths Falls di Ontario, yang juga seorang PhD bidang Diaphragmatic Mechanics. Gauthier mengakali satu ventilator yang biasanya hanya bisa untuk satu pasien, jadi bisa dimanfaatkan untuk 9 pasien.

 

Hal ini diketahui dari unggahan Alan Drummond, rekan kerja Gauthe di akun Twitternya @alandrummond2.

 

1 dari 6 halaman

Ada Syarat Penggunaannya

Alan menyebut rekannya adalah seorang 'evil genius', Menurut kantor berita CBC, ventilator yang diakali Gauthier hanya akan bekerja pada pasien yang memiliki kapasitas paru-paru yang sama.

Memang, ada syarat khusus untuk penggunaannya. Setidaknya, lebih banyak nyawa yang bisa diselamatkan dengan alat dadakan ini.

Dr Alain Gauthier© CBC

(dr. Alain Gauthier/ Foto: CBC)

" Di titik ini, kita mungkin tidak memiliki pilihan lain. Pilihannya bisa jadi baik, kita membiarkan orang mati atau kita memberikan kesempatan kepada mereka," kata Gauthier kepada CBC News.

Gauthier muncul dengan ide itu setelah melihat video 2006 di YouTube. Dia mengatakan idenya telah dicoba sekali sebelumnya, tepatnya setelah kejadian penembakan massal di Las Vegas pada 2017.

Laporan Raissa Anjanique/ Sumber: UpWorthy

2 dari 6 halaman

Nenek Pasien Covid-19 Tolak Ventilator, Alasannya Bikin Haru

Dream - Seorang wanita berusia 90 tahun yang diketahui positif Covid-19 meninggal setelah menolak dipasang ventilator.

Alasannya membuat haru dokter dan netizen. Dia ingin ventilator itu diberikan kepada pasien Covid-19 yang lebih membutuhkan.

Suzanne Hoylaerts dirawat di rumah sakit dua minggu setelah dia mulai mengalami sesak napas dan kehilangan nafsu makan.

Wanita Belgia dari Binkom, Lubbeek, itu dites positif Covid-19. Dia pun ditempatkan di dalam ruang isolasi.

Namun kondisi kesehatan Suzanne semakin memburuk. Ketika dokter menyarankan dipasang ventilator, Suzanne menolak.

Dia bilang ke dokter, " Aku tidak mau memakai alat bantu pernapasan. Berikan itu kepada pasien yang lebih membutuhkan. Aku sudah cukup kenyang hidup di dunia."

Ternyata, dua hari kemudian, Suzanne meninggal dunia. Kepergian Suzanne yang meninggal akibat Covid-19 membuat sedih keluarganya.

Putrinya, Judith, mengaku tidak bisa mengucapkan selamat tinggal untuk yang terakhir kalinya.

" Saya bahkan tidak bisa menghadiri pemakaman ibu," kata Judith kepada koran Belanda Het Laatste Nieuws.

Judith sendiri merasa heran kenapa ibunya bisa sampai tertular virus corona. Padahal dia sudah mengisolasi diri sebelumnnya.

Di Belgia sendiri terdapat 12.775 kasus positif virus corona, dengan jumlah kematian mencapai 705 jiwa.

Seorang bocah Belgia berusia 12 tahun menjadi pasien termuda di Eropa yang meninggal karena Covid-19.

(Sumber: Mirror.co.uk)

3 dari 6 halaman

Kondisi Terkini Dokter Tirta Usai Rapid Test Corona, Ternyata Paru-Parunya...

Dream - Dokter Tirta belakangan cukup terkenal. Selain berporfesi sebagai dokter, penampilannya yang nyentrik dengan rambutnya yang diwarnai menjadikan dokter lulusan Universitas Gajah Mada ini dikenal publik.

Selain itu, dokter Tirta kerap melaukan edukasi dengan turun ke jalan melakukan penyemprotan disinfektan di daerah rawan atau redzone. Namun, setelah 14 hari berada di jalanan, Dokter Tirta pun akhirnya tumbang.

Melalui akun Instagramnya, ia mengalami demam dan batuk sehingga memutuskan untuk mengisolasi diri di rumah.

dokter tirta© dokter tirta

Foto : @dr.tirta

Setelah tiga hari, kondisinya pun tak kunjung membaik. Sehingga pria berusia 28 tahun ini pun akhirnya memutuskan untuk mendapatkan pertolongan di Rumah Sakit Kartika Pulomas, Jakarta.

Ia pun sempat ditetapkan sebagai Pasien Dalam Pengawasan (PDP) akibat menunjukkan gelala-gelaja terinfeksi corona COVID-19. Ditambah lagi dia sering ke daerah yang dianggap redzone. Ia pun diharuskan untuk menjalani Rapid Test Corona COVID-19.

Seperti ini kondisi Dokter Tirta yang dirangkum Dream dari akun instagram dokter Tirta.

dokter tirta© dokter tirta

Foto : @dr.tirta

4 dari 6 halaman

Dirawat di Rumah Sakit Kartika Pulomas Jakarta

Dokter Tirta saat ini menjalani perawatan itensif di rumah sakit  Kartika Pulomas Jakarta. Ia memilih di rumah sakit karena tidak ingin menganggu orang-orang terdekatnya. Tirta sempat mengabadikan foto sebelum mendapatkan perawatan di rumah sakit.

" Ini foto sebelum dibawa ke rs. Iseng pake helm yg saya beli hahahaha Kenapa saya lebih memilih rehat di rs? Biar sekeliling saya ga terganggu. Takutnya parno. Dan penyembuhan bisa optimal,"  tulis Tirta dikutip Dream dari akun instagramya, Selasa 31 maret 2020.

5 dari 6 halaman

Batuk dan Demam Naik Turun

Dokter Tirta sedang menjalani perawatan di rumah skit Kartika Pulomas. Tirta mengatakan keadaannnya baik di hari kedua menjalani perawatan. Namun dia mengaku masih batuk dan demam yang masih naik turun.

" Keadaan saya baik-baik saja tapi ya nggak gitu-gitu banget, saya masih demam dan batuk naik turun. Saya demam hari ke dua karea sempat kontak dengan pasien covid. Saya masih PDP (pasien dalam pengawasan). Di tes negatif. Paru-paru saya di tes alhamdulillah aman cuman ada gambaran bronkitis kronis," kata Doter Tirta dalam video.

6 dari 6 halaman

Rapid Test Negatif

Dokter Tirta mengatakan sudah menjalani test rapid kembali pada Minggu dan test rapid kedua haslnya pun negatif sama seperti test pertama. Gejala yang dirasakan saat ini demam sudah turun tinggal batuk ringan yang masih dia rasakan.

" Minggu : rapid test kedua kalinya, NEGATIF, mau d lakukan swab, radang tenggorok sudah ga ada, cari lendir susah, hasil PCR keluar selasa, gejala ga ada lagi, cuma batuk ringan, demam turun tanpa obat," ucapnya.

Beri Komentar